Se7en Oceans adalah nama sebuah kafe di Kota Palem. Tempat 7 pribadi yang berbeda satu sama lain dengan karakter dan background yang berbeda duduk bercengkrama dan berbagi kehidupan. Ini sebuah kisah asmara, pertemanan, sahabat, kehidupan, penemuan jati diri, dan lainnya dari 7 orang yang berbeda latar belakang. Mereka adalah Orion, Atlantis, Paris, Ariel, Andrea, Erin, dan Indie. Feel the wave of the oceans..

Sabtu, 13 Maret 2010

HALO

Drrt ... drrrt ...
suara itu menyentakanku tepat sebelum aku jatuh tertidur malam itu. aduhh ... siapa sih yang menelfon malam-malam begini? enggak tahu sopan! makiku dalam hati, aku juga sih yang tidak mematikan HP sepulangnya dari jalan-jalan dengan Erin tadi. Seharian ini kami betul-betul bersenang-senang. Erin mengajakku jalan-jalan ke taman kota, mencoba berbagai macam jajanan yang ada di sana , ikut bermain dengan beberapa orang anak kecil dan para babysitter mereka, kemudian kami makan di kedai es krim yang terletak di pinggir laut kota Palem sambil menikmati matahari terbenam.

Pulang-pulang aku sudah sangat capek dan mengantuk sehingga yang kuinginkan hanya cepat-cepat mandi, sikat gigi dan tidur. Erin yang mempunyai cadangan energi lebih banyak dariku sekarang masih berkumpul di ruang keluarga bersama Papa, menonton siaran sepak bola. Sesekali aku mendengar seruannya yang penuh semangat ketika kesebelasan yang dijagokannya berhasil mencetak gol.

Sudah setengah jam berlalu sejak suara Erin yang meneriakkan kemenangan menghilang, tapi kini aku malah diganggu oleh telfon tidak tahu sopan ini. Siapa sih?!

Paris calling ...

Paris? Ada apa ya? Kutekan tombol penerima telfon. "Halo?"

Tidak ada jawaban.

"Halo? Paris? Kenapa?"

"Kamu bukan Annabel ..." suaranya terdengar aneh. "Mana Annabel? Mana cewek brengsek itu, heh?"

"Paris, apa-apaan sih? Aku Andrea!" seruku.

"Ohh? Andrea? Kok HP-nya Annabel sialan itu bisa ada di kamu?" ia terkekeh di seberang sana.

"Kamu salah sambung, Paris!" ujarku, rasa kantukku mulai hilang seiring dengan datangnya kecemasan. Ada yang aneh di suara Paris. "Paris, kamu mabuk ya?"

"Pfft! Enggaak ..."

Aku tahu dia bohong. "Kamu dimana? Mau aku jemput sekarang?"

"Jangan!!" tiba-tiba ia menyergah. "Aku enggak mau kamu melihatku seperti ini. I look like a total damn mess, Ndre! Ini bukan pemandangan yang cocok buat anak manis kayak kamu."

"Paris!!" seruku kesal. "Aku serius. Kasih tau kamu ada dimana."

"Udah Andrea sayang ... kamu tenang sajaa! Kamu tuh persis Lantis, tau gak ...? Dari tadi dia bilang aku mabuk, aku mabuk ... padahal aku belom bisa ngilangin cewek brengsek itu dari pikiranku!" jawab Paris. "Cewek sialan ... kalau aja aku enggak ingat dia itu cewek, huh! Udah gue gampar dia waktu aku lihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana dia mengkhianatiku ..."

"Kamu di Se7en Oceans?" tanyaku.

"Yup! Dan aku pengen pindah ke langit ke 7 ..." gumam Paris. "Yon ... segelas lagii aja ... ini yang terakhir, pleeaasee ..." aku mendengarnya bicara pada seseorang.

Fiuh ... syukurlah dia di Se7en Oceans. Setidaknya di sana ada Lantis dan Orion. Aku sudah takut saja kalau Paris tahu-tahu sedang berada di klab-entah-apa-namanya dimana para security dengan tidak berperasaannya akan melemparkan pemabuk yang sudah tidak sanggup bangun lagi ke luar dan membiarkannya di sana.

"Ndre ...?"

"Ya? Ya?" ujarku gelagapan.

"Kamu jangan diem aja dong ... kamu sedih ya mendengar aku kacau kayak gini? Kamu kecewa begitu tahu Paris enggak sehebat kelihatannya?"

"Enggak! Enggak, aku ... aku cuma baru bangun tidur aja tadi ... jadi masih agak ... bingung." kataku buru-buru. "Mending habis ini kamu cepat pulang, lalu tidur aja ya Paris. Jangan minum lagi ... oke? Dengan kamu tidur, semuanya bakal terasa lebih baik di pagi hari nanti ketika kamu bangun."

"..."

"Paris?"

"Kamu terus ngomong aja, Ndre ... please ... aku perlu tau kalau kamu masih di sana ... biar aku tenang ... ya ...? please?"

"Oke. Oke ... ngomong apa?"

"Apa aja. Nyanyi juga boleh ... hehehehe ..." Paris terkekeh. "Nina boboin aku, Ndre. Yah?"

Waduh. Mati aku. Udah hampir tengah malam begini dibangunin oleh Paris yang sedang mabuk, disuruh nyanyi pula! Tenang ... fokus Andrea, fokus!

"Ndre? Aku masih di sana?"

"Masih, masih!"

"Ayo dong, nyanyi!"

"Sabar kali! Ini lagi bingung mau milih lagu apa!" kataku. Mataku tanpa sengaja menangkap kotak CD album terbaru Beyonce yang kubeli seminggu lalu. Ada satu lagu yang kudengarkan berkali-kali karena aku menyukainya. Halo. Nah, itu dia!

Aku berdeham, lalu mulai bernyanyi lirih. "Remember those walls I built Well, baby they're tumbling down And they didn't even put up a fight They didn't even make up a sound ..."

"I found a way to let you in
But I never really had a doubt
Standing in the light of your halo
I got my angel now

It's like I've been awakened
Every rule I had you breakin'
It's the risk that I'm takin'
I ain't never gonna shut you out

Everywhere I'm looking now
I'm surrounded by your embrace
Baby I can see your halo
You know you're my saving grace

You're everything I need and more
It's written all over your face
Baby I can feel your halo
Pray it won't fade away

I can feel your halo halo halo
I can see your halo halo halo
I can feel your halo halo halo
I can see your halo halo halo"

Aku menyelesaikan lagu itu sampai refrain pertama. Samar-samar aku mendengar suara nafas Paris yang sudah mulai teratur ... juga dengkur halusnya. Dia sudah tertidur? Aku membayangkan wajah tampan Paris saat itu, berkeringat, merah karena pengaruh alkohol, berkerut-kerut menahan sakit hatinya ... tanpa sadar air mataku mengalir di pipi.

Ah, andai saja aku bisa ada di Se7en Oceans saat ini ... aku ingin berada di sisi Paris, menghapus air matanya, menungguinya sampai ia terbangun esok hari, menolongnya mengatasi hangover yang menyiksa ... aku ingin ia tahu aku akan selalu ada di sisinya, apapun yang terjadi karena ... aku sangat menyayanginya.

"Selamat tidur, Paris ..." bisikku lirih. "Tidur yang tenang ya ... aku ... sayang kamu..."

"Andrea?" ada suara orang lain.

"I ... iya ... ini ...?"

"Aku. Orion."

"Orion???" aku terperanjat. Mukaku sontak berubah merah padam seperti udang yang dilempar ke air mendidih.

"Maaf, aku tadi tidak bermaksud mencuri dengar. Aku lihat Paris mulai tertidur dengan HP yang masih menyala di telinganya, tadinya aku mau menggunakannya untuk menelfon taksi agar Paris bisa pulang."

"Oh, oke ... t-tidak apa-apa kok, Yon!" kataku terbata-bata.

"Paris saat ini lagi sedang tidak bisa diajak bicara." kata Orion. "Dia sedang mabuk, agak berat. Tapi jangan khawatir, aku dan Atlantis ada di sini kok."

"Oh, oke ... oke." mati aku! Apa Orion mendengar kata-kataku barusan? Aku ingin bertanya, tapi kemudian urung sendiri. Sudahlah, lebih baik tidak usah dibahas lagi. Lagipula Orion sepertinya bukan tipe orang yang suka menggunjingkan orang. Ia pemuda yang kalem, pendiam dan terkesan tidak perdulian pada orang lain.

Setelah mengucapkan selamat malam dan terimakasih padanya, aku menutup pembicaraan. Ketika hendak mematikannya, aku ragu-ragu dan akhirnya urung. Kuletakkan HP-ku di meja samping tempat tidurku. Just in case kalau nanti Paris menelfon lagi ...

Setengah jam berlalu ... satu jam ... aku masih sulit memejamkan mata kembali. Aku meraih kotak CD Beyonce tadi, memasukan salah satu CD di dalamnya ke dalam discman dan langsung memutar lagu nomor dua.

"Everywhere I'm looking now
I'm surrounded by your embrace
Baby I can see your halo
You know you're my saving grace

You're everything I need and more
It's written all over your face
Baby I can feel your halo
Pray it won't fade away

I can feel your halo halo halo
I can see your halo halo halo
I can feel your halo halo halo
I can see your halo halo halo"


Tuhan ... aku mohon, jagalah Paris malam ini ...